Gagasan dasar tentang “Pemimpin yang ‘Tuhan’” adalah pemahaman tentang kepemimpinan yang lebih memiliki dimensi spiritual dan kebaikan. Ketika menjadi pemimpin, manusia harus selalu berusaha merepresentasikan sifat-sifat Tuhan dalam proses dan laku kepemimpinannya.
Demikian antara lain terungkap dalam acara bedah buku Pemimpin yang ‘Tuhan’ karya Emha Ainun Nadjib secara virtual pada Selasa (06/04) kemarin. Acara tersebut diselenggarakan oleh Perpustakaan Riset BPK RI bekerja sama dengan Perpustakaan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah.
Pada acara tersebut, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun hadir sebagai penulis sekaligus narasumber utama bedah buku. Selain Cak Nun, hadir pula Suko Widodo, dosen FISIP Universitas Airlangga, sebagai pembahas. Bertindak selaku moderator dalam acara bedah buku tersebut, Kepala Subbagian Humas BPK Jateng Siti Rahmawati Arifah.
Dibuka secara resmi oleh Kepala Perwakilan Provinsi Jawa Tengah (Kalan BPK Jateng) Ayub Amali, acara tersebut diikuti para peserta dari kalangan pegawai BPK maupun masyarakat umum. Selain diselenggarakan secara virtual melalui zoom, acara tersebut juga ditayangkan secara live-streaming melalui channel youtube BPK RI Official.
Saat menyampaikan sambutannya, Kalan BPK Jateng Ayub Amali mengatakan, sangat mengapresiasi diselenggarakannya acara bedah buku ini. Meski digelar secara virtual karena mempertimbangkan situasi pandemi Covid-19, ia berharap itu tak mengurangi nilai kegiatan tersebut sebagai ruang bersilaturahmi sekaligus belajar bersama. “Semoga kita bisa memaksimalkan kesempatan ini untuk menciptakan kebersamaan, menumbuhkan rasa kekeluargaan, sekaligus meluaskan wawasan,” kata Ayub.
Lebih lanjut Ayub Amali mengatakan, membaca buku-buku bermutu akan merangsang kreativitas dan menyuburkan daya intelektualitas. Namun, menurutnya, untuk memperoleh hasil terbaik, kita juga perlu mencerna dan memahami kandungan buku. Bedah buku merupakan satu upaya kita untuk menyerap kandungan buku secara lebih baik.
Senada dengan pernyataan Kalan BPK Jateng, Suko Widodo juga mengapresiasi pelaksanaan bedah buku oleh Perpustakaan BPK. Menurutnya, di tengah keringnya nilai-nilai, langkanya rujukan kepemimpinan dan moralitas, kegiatan bedah buku yang dilaksanakan oleh BPK menjadi penting dan memberi inspirasi tersendiri.
Sementara itu, ketika membahas tentang isi bukunya, Cak Nun antara lain menjelaskan bahwa menurutnya, karakter utama Tuhan adalah Rahman (Pengasih) dan Rahim (Penyayang). Oleh karena itu, menurut Cak Nun, seorang pemimpin juga harus menempatkan sifat pengasih dan penyayang sebagai landasan utama dalam setiap tindakan ataupun kebijakan. “Pemimpin harus sayang pada rakyatnya. Boleh saja mengarahkan, menertibkan, menegakkan aturan, bahkan menghukum, tapi semua harus dilandasi sifat mengasihi dan menyayangi rakyat yang dipimpinnya,” katanya.
Menyinggung soal peran umat ataupun rakyat dalam sebuah proses kepemimpinan, Cak Nun menyebut bahwa pemimpin adalah cerminan dan rakyatnya. Pemimpin baik atau buruk, pintar atau bodoh, sangat bergantung pada rakyat yang memilihnya. “Karenanya rakyat juga harus banyak belajar,” katanya.
Sebelumnya, mengungkapkan pendapatnya sebagai pembahas buku Cak Nun, Suko Widodo mengatakan bahwa tidak mudah memahami isi buku Cak Nun. Menurutnya, buku Cak Nun banyak memuat soal-soal substansial sehingga memerlukan kesabaran menelaah. Selain itu, kata Suko, gaya tulisan Cak Nun juga terkesan melompat-lompat dan lintas tema sehingga kadang membingungkan pembaca yang tak terbiasa dengan gaya tulisan Cak Nun. “Misalnya saja tema tentang Pemimpin yang ‘Tuhan’, tentu banyak orang yang bertanya-tanya, ‘Cak Nun kok sampai membawa-bawa Gusti Alloh ini maksudnya seperti apa?”
Tak menampik pendapat Suko, Cak Nun menjelaskan, tulisan-tulisannya memang kadang seperti melompat-lompat, lintas tema, dan mengurai beragam gagasan. Menurutnya, itu terjadi karena ia percaya bahwa semua hal dalam kehidupan ini memang memiliki kaitan. “Maka maaf, ketika menuliskan sesuatu, jadi seperti melompat-lompat mungkin seolah seperti keluar ruang atau tema,” kata Cak Nun.
Berlangsung selama kurang lebih tiga jam, acara bedah buku diisi dengan beberapa sesi acara. Selain sesi pembahasan kandungan buku oleh narasumber maupun pembahas buku, acara bedah buku juga diisi dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini, para peserta berkesempatan bertanya-jawab langsung dengan Cak Nun maupun Suko Widodo.
Dalam acara bedah buku tersebut, digelar pula virtual tour dan promosi Perpustakaan Riset BPK RI yang dibawakan oleh Kasubbag Perpustakaan BPK RI Dewi Kaniasari. Dalam sesi ini, Dewi Kaniasari menjelaskan tentang koleksi, fasilitas, maupun mekanisme layanan perpustakaan riset BPK kepada para peserta acara.
Di akhir acara, para peserta diajak untuk mengikuti kuis dengan hadiah buku Pemimpin yang ‘Tuhan’ yang telah ditandatangani oleh Cak Nun. Selain buku untuk sepuluh pemenang kuis, hadiah berupa buku bertanda tangan penulis tersebut juga diberikan kepada para peserta yang aktif menyampaikan pertanyaan dalam sesi tanya jawab.
Bedah buku Pemimpin yang ‘Tuhan’ sendiri merupakan bedah buku kedua yang diselenggarakan Perpustakaan BPK selama tahun 2021. Sebelumnya, pada Senin (01/03) Perpustakaan Riset BPK juga telah menyelenggarakan bedah buku berjudul “Audit Kinerja; Mendorong Peningkatan Value Organisasi Pemerintah dalam Mewujudkan World Class Government”.